Wow, Surabaya Punya Museum Kematian, Intip Keseramannya Ini, Yuk!
Sumber: https://img.jakpost.net/c/2018/10/18/201

Entertainment / 25 October 2018

Kalangan Sendiri

Wow, Surabaya Punya Museum Kematian, Intip Keseramannya Ini, Yuk!

Inta Official Writer
3315

Apa sih yang ada dalam pikiran kita saat mendengar kata museum? Yap, sarana edukasi ini memang biasanya dikemas sedemikian menarik agar pengunjung jadi lebih betah untuk menyaksikan yang didisplay sekaligus memenuhi rasa penasaran pengunjung.

Nah, museum satu ini berbeda daripada yang lain. Mungkin sebagian kita pasti akan sedikit merasa aneh saat mendengar museum satu ini. Di Surabaya, tepatnya di dalam kawasan Universitas Airlangga (Unair) terdapat museum kematian. Dari namanya, kita bisa menebak kalau museum ini merupakan pusat kajian-kajian tentang kematian.

Bernama lengkap Museum Etnografi, mungkin sebagian dari kita menganggap kalau museumnya bakal hanya berisikan kerangka-kerangka saja. Padahal, konsep dari museum ini benar-benar menyajikan segala hal yang berbau dengan kematian.

Museum yang dikelola oleh Departemen Antropologi ini merupakan berbagai bentuk replika makam yang ada di Indonesia, sekaligus menyuguhkan beragam tradisi pemakaman yang ada.

"Di sini ada makam Islam, Belanda, Tionghoa, Nasrani, Sulawesi Utara, Bali dan Toraja," kata salah satu pengurus museum, Desi Bestiana kepada detikcom, Selasa (4/9/2018).

Museum ini bahkan menjanjikan pengalaman dengan nuansa horor dengan lampu temaram, aroma dupa terbakar, lengkap dengan suara jangkrik di malam hari. Walaupun makam-makam yang disajikan adalah replika, tapi sebagian kerangka yang digunakan merupakan kerangka betulan yang dipinjamkan langsung dari pihak kepolisian, lho.


Tujuan didirikannya museum kematian

Dalam departemen antropologi, ada dua peminatan yang dipelajari, yaitu antropologi sosial budaya dan antropolohi ragawi. Agar orang lain jadi lebih mudah dalam mempelajarinya, pengelola memutuskan untuk membuat konsep yang bisa mewakili keduanya.

"Kalau tentang sosial budaya itu kita mempelajari manusia secara kebudayaan dan sosialnya. Sementara kalau yang ragawi itu kita mempelajari khusus tubuh manusia. Nah agar dua peminatan itu bisa bersatu dan bisa di-display-kan di sini secara bersama-sama, kita cari tema yang bisa menyatukan keduanya.

Akhirnya kita pilih tema kematian, karena kematian itu bisa dilihat dari budaya dan bisa dilihat dari segi tubuh manusia itu sendiri karena setelah mati manusia akan dikubur dan diproses dalam pembusukan," papar Desi.

Baca juga: Daripada Heboh Rayakan Hallowen, Orang Kristen Mending Nonton 4 Film Seru Ini Saja!

Awal berdirinya museum kematian

Meskipun nama museum ini baru diberitakan belakangan-belakangan ini, kenyataannya museum kematian sudah berdiri sejak tahun 2006, yang diawali dari koleksi para mahasiswa yang melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ke berbagai daerah.

Dalam praktiknya tersebut, para mahasiswa mendapati kalau salah satu aspek yang paling banyak ditemukan adalah perbedaan tradisi saat memakamkan jenazah.

"Kan mahasiswa itu sering PKL ke luar kota dengan tema macem-macem. Biasanya itu kita menemukan benda-benda etnografi. Dari situ kita kumpulkan," ungkap Desi.

Mulanya, para mahasiswa ini hanya merangkum beragam tradisi tersebut dan memamerkannya dalam museum. Namun, sejak tahun 2014 kemarin, pengelola mendapatkan dana hibah dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk merenovasi bangunan museum.

Antropologi sendiri merupakan ilmu tentang manusia. Jadi, sebagian besar museum ini merupakan sarana pembelajaran buat mereka, khususnya yang mempelajari antropologi. Jadi, buat kita yang tertarik untuk mempelajari manusia dengan cara yang lebih praktis, kita bisa berkunjung ke museum kematian ini setiap hari Senin sampai Jumat, pukul 10.00-15.00.  

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami